Monday, 29 September 2014

Puisi Kelas Atas (Kelas 4,5,6)



Aku Rindu Udara yang dulu


Aku rindu udaraku yang dulu
Udara yang sehat tanpa polusi
Negaraku, kotaku, desaku
Dulu hanya sedikit polusinya
Banyak tanaman tumbuh di pinggir jalan
Tapi sekarang ?
Semakin hari semakin banyak kendaraan
Ribuan bahkan ratusan merk terbaru
Itu membuat udaraku kotor
Banyak polusi
Siapa yang akan bertanggung jawab untuk ini semua ? Siapa ?
Tuhan, biarkan saya mendapat udara yang segar seperti dulu
Aku ingin negaraku yang bersih dan sehat tanpa polusi






Pasir Merah Mudamu yang Indah

Sekian juta pantai
Hanya satu yang selalu di hati
Yaitu kau pantaiku
Berjuta warna pasir pantai
Hanya satu warna pasir yang memikatku
Warna pasir pantai merahmudamu itu
Sungguh warna yang sangat cantik
Pantai pink di Lombok Timur
Terimakasih Tuhan, engkau telah memberikan alam indah ini







  

Air Sumber Kehidupanku

Berjuta-juta tetes air
Bagi kami kau sangatlah istimewa
 Jika tidak ada air
Bagaimana kami hidup
Jika tidak ada air
Pohon, tumbuhan dan hewan pun tak ada
Jika tumbuhan dan hewan tidak ada
Bagaimana kami ?
Kami akan mati
Kelaparan tidak apa, asalkan jangan sampai tidak ada air
Dan jika tidak ada air, listrik pun hanya sedikit
Bagi kami
Engkau sangatlah berharga, lebih berharga dari apapun







Tangisan Alamku

Terik sang fajar yang tak pernah bosan menyinari
Pangeran awan yang tak pernah lelah menampakkan senyumnya
Bunga-bunga yang tak henti bermekaran
Pegunungan yang selalu sujud kepangkuan ilahi
Suara aliran sungai nyaring nan merdu
Hamparan sawah yang terbentang luas nan segar
Seakan memberikan jaminan kenyamanan
Dan memberikan rasa persahabatan
Tapi sayang
Semua tinggal cerita
Wajah alam kian hari kian sedih
Bencana terjadi dimana-mana
Ia dating tanpa kenal permisi
Banjir, gunung merapi, gempa bumi
Takhenti-hentinya membuat alam menangis
Sampai kapan ini terjadi ?

Wednesday, 11 September 2013

perbedaan fiksi dan non fiksi

Pengertian Fiksi
Fiksi adalah suatu karya sastra yang mengungkap realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi.
Ada 2 macam fiksi :
1. Fiksi imajinatif —> berdasarkan imajinasi
2. Fiksi ilmiah —> berdasarkan analisa ilmiah
*Sifat fiksi
- Segala sesuatu yang diungkapkan tidak dapat dibuktikan kebenarannya dalam kehidupan sehari-hari, merupakan hasil rekaan.
Langkah-Langkah Pembuatan Suatu Karya Fiksi
1.Ide
Tanpa ide kita layaknya balon yang tertiup udara yang entah kan terbang ke mana. Untuk itu, ide adalah modal saat bagi kita untuk menentukan arah den tujuan ke mana kita melangkah. Ide dapat kita petik dari berbagai sumber. Baik secara formal maupun non formal. Baik pengalaman pribadi, teman, atau lingkungan.
2.Pengembangan Ide
Setelah kita mendapatkan ide, make kita harus mampu mengembangkan ide tersebut. Misal, saya ambil contoh. Kite mendapatkan ide untuk membuat suatu novel tentang kehidupan seorang anak adopsi. Make kita harus mengembangkan cerita ini. Bagaimana alur ceritnya, tokoh-tokohnya, karakter tokoh, dan masalah-masalah yang akan kita tulis dalam setiap babnya.
Puisi
Sebenarnya menulis puisi termasuk jenis keterampilan. Seperti halnya keterampilan yang lain pemerolehannya harus melalui belajar dan berlatih. Makin sering belajar dan makin giat berlatih tentu makin cepat terampil.
Dalam menulis puisi, yang pertama – tama dilakukan adalah menentukan tema. Tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan dalam bentuk puisi.

Pengertian Non Fiksi
Nonfiksi adalah karya sastra yang dibuat berdasarkan data – data yang otentik saja, tapi bisa juga data itu dikembangkan menurut imajinasi penulis.
Nonfiksi dibagi menjadi 2 :
• Nonfiksi Murni : adalah buku yang berisi pengembangan berdasarkan data – data yang otentik
• Nonfiksi Kreatif : berawal dari data yang otentik kemudian pengembangannya berdasarkan imajinasiyang pada umumnya dalam bentuk novel, puisi, prosa
Menurut tingkat pemakaian, nonfiksi kreatif dibagi menjadi 2 sub pokok :
A. Nonfiksi kreatif yang sering dipakai
B. Nonfiksi kreatif yang jarang dipakai

Saturday, 31 August 2013

Sedikit pengetahuan tentang Backpacker

BACKPACKER adalah istilah untuk menyebut traveler dengan budget minim demi misi menjelajahi tempat-tempat menarik di dunia. Tas punggung atau backpack menjadi ciri khas yang menemani mereka. Walau kini backpacker tidak melulu mengunakan tas ransel di punggung.
Apa asyiknya menjadi backpacker? Padahal, jika menggunakan jasa biro wisata, mungkin akan lebih praktis, sebab tahu beres soal akomodasi dan transportasi. Menurut Sonson N.S., selain menghemat budget, menjadi backpacker bisa jadi akan memetik pengalaman yang lebih kaya dan lebih intim sifatnya daripada memakai jasa biro wisata. Bagi penulis buku “Merencanakan Sendiri Jalan-jalan Keliling Dunia” ini, ada kepuasaan tersendiri saat merencanakan jalur, menentukan waktu, mengalkulasi biaya, hingga pandai-pandai mengantisipasi segala kemungkinan yang bisa terjadi selama di perjalanan.
Para backpacker biasanya tidak peduli jika harus menaiki kendaraan umum yang penuk sesak dan tidak nyaman. Bukan masalah pula jika harus tidur di sembarang tempat, mulai dari pos gardu, bandara, stasiun, hingga emperan. “Selain cari hotel yang murah, saya juga suka tidur di dormitory yang sekamar berisi 6-8 orang. Saya juga sudah sering tidur di bandara,” ungkap Sonson, staf pengajar STISI yang sudah melakukan traveling ke beberapa negara di Asia dan hampir seluruh provinsi di Indonesia.
Agar bisa travelling dan bertahan hidup dengan biaya murah, memang butuh siasat tersendiri. Menurut novelis Adithya Mulya, salah satu pos dana terbesar adalah transportasi dan penginapan. Adithya yang sudah mencicipi travelling keliling Maroko dan beberapa negara di Eropa, serta berdinas kerja di Pantai Gading dan Denmark ini, pun memberikan salah satu tips berhemat. “Kalau pergi, cobalah waktu malam hari. Jadi kita bisa tidur di kendaraan, hemat biaya penginapan,” kata Adithya, yang juga turut menulis dalam buku “Traveler’s Tale”.
Semakin hari, banyak orang dari berbagai kalangan menyukai gaya berwisata ala backpacker. Salah besar jika kawan-kawan Kampus masih mengidentikkan para backpacker sebagai turis kere. Kini, tak sedikit backpacker dari kalangan berduit yang merindukan kebebasan. Perlahan tapi pasti backpacking menjadi semacam gaya hidup. Di Indonesia, peminat backpacker semakin bermunculan. Itu bisa dilihat dari bertebarannya sejumlah buku, dan mailing list di internet bertemakan traveler atau backpacker, yang berisi member ribuan orang.
Namun demikian, ada perbedaan antara backpacker Indonesia dan luar negeri. Di mata Trinity, seorang backpacker asal Jakarta yang juga penulis buku laris “The Naked Traveler”, backpacker luar negeri biasanya lebih muda dari segi usia, dan lebih mandiri dalam hal keuangan alias tanpa bantuan dana dari orangtua. “Mereka lulus SMA, banyak yang keliling dunia. Meski kerja part-timer jadi waiter saja, gajinya bisa ditabung untuk travelling. Kalau anak muda di sini, kayaknya masih sibuk sendiri, jarang yang kepikiran begitu,” kata Trinity, yang juga ngeblog di http://www.naked traveler.blogspot.com.
Trinity pertama kali melakukan backpacking ke Eropa ketika masih kuliah, didanai uangnya sendiri hasil bekerja part-timer di restoran siap saji, hotel, menjaga pameran, hingga mengajar bahasa Indonesia untuk ekspatriat. Pokoknya, jika punya uang, alih-alih memenuhi hasrat membeli ini dan itu, Trinity lebih memilih jalan-jalan. “Buktinya sampai sekarang saya masih tinggal nebeng di rumah ortu, nggak punya mobil, handphone pun dikasih jatah dari kantor. Yah, orang kan hobinya beda-beda, ada yang doyan shopping, nah kalau saya doyannya jalan-jalan,” ungkap Trinity.
Kalau mendengar cerita para backpacker yang melakukan segala upaya untuk menunjang hobinya berjalan-jalan, apa sebetulnya keuntungan yang diperoleh dari ber-backpacking ria? Jawabannya tak lain, seseorang bisa menikmati sensasi liburan yang berbeda dari gaya berlibur pada umumnya. Bukan sekadar menjadi turis manis yang narsis foto, backpacker biasanya lebih dekat dengan kebebasan menyenangkan diri sendiri. Backpacker mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah dijangkau sebelumnya, bergaul, dan mencoba memahami budaya setempat.
“Kita bisa menjadi lebih open-minded dan sabar,” kata Trinity. Sementara bagi Marina, jiwa pun akan bertambah kaya, karena luasnya wawasan akibat bertemu berbagai orang dan peristiwa menarik sepanjang perjalanan. Marina semakin belajar melihat perbedaan, dari mulai budaya hingga agama, dan melihatnya sebagai keberagaman yang indah. “Bahkan, hasil travelling itu tidak akan berakhir. Kalau cocok, bisa berlanjut jejaringnya, mau sekolah bareng, bisnis bareng, pokoknya investasi luar biasa deh,” kata Marina.
Banyak orang berpikir bahwa jalan-jalan harus ke luar negeri. Akan tetapi, bagi Trinity yang sudah pernah menjelajahi 37 negara, negara kita sendiri sangat luas dan juga menarik untuk lebih dikenali. Sebagai ilustrasi, salah satu cerita lucu pernah dialaminya ketika tahun 2001 ikut tur ke Puerto Rico. Ternyata, salah satu obyek wisata di sana adalah melihat pohon pisang, di mana Indonesia yang alamnya kaya raya tentu saja tak akan kalah. “Pemerintah harusnya lebih memerhatikan pariwisata Indonesia, dengan membuat sistem yang terintegrasi dengan obyek wisata dan pemerintah daerah,” kata Trinity.
Jangan buru-buru menuduh traveler yang suka jalan-jalan ke luar negeri, sebagai orang tidak nasionalis. Bagi Adithya, justru selagi usia masih muda dan punya uang, ia memilih jalan-jalan ke luar negeri dulu. “Karena backpacking itu butuh ketahanan fisik yang tinggi, sama saja kayak orang naik haji. Kalau sakit, atau terjadi apa-apa di luar negeri, itu ribet sekali. Kalau jalan-jalan di negeri sendiri, biarpun sudah kakek-kakek, kan tetap bisa didampingi cucu dengan tenang,” kata Adithya, sambil terkekeh. “Backpacker bisa menjembatani berbagai perbedaan. Itu lebih bermanfaat untuk keseluruhan universal planet bumi,” kata Marina.
Jadi, nampaknya sekarang kawan-kawan Kampus tak perlu ragu lagi untuk menabung, benahi tas, dan tentukan tujuan arah petualangan. Jalan-jalan pada akhirnya tidak identik hanya dimiliki kaum mapan dan sekadar hura-hura, karena kita bisa juga belajar banyak hal yang bermakna dari sana. Yuk…berangkat!

Monday, 26 August 2013

Pengembangan Profesionalisme Guru di Abad Pengetahuan


Profesionalisme Guru

Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme guru bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Memperhatikan kualitas guru di Indonesia memang jauh berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di Amerika Serikat atau Inggris. Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat standar standar pengembangan profesi guru yaitu;
  1. Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metode-metode inquiri. Para guru dalam sketsa ini melalui sebuah proses observasi fenomena alam, membuat penjelasan-penjelasan dan menguji penjelasan-penjelasan tersebut berdasarkan fenomena alam;
  2. Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru sains memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains. Pada guru yang efektif tidak hanya tahu sains namun mereka juga tahu bagaimana mengajarkannya. Guru yang efektif dapat memahami bagaimana siswa mempelajari konsep-konsep yang penting, konsep-konsep apa yang mampu dipahami siswa pada tahap-tahap pengembangan, profesi yang berbeda, dan pengalaman, contoh dan representasi apa yang bisa membantu siswa belajar;
  3. Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para guru sains memerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa. Guru yang baik biasanya tahu bahwa dengan memilih profesi guru, mereka telah berkomitmen untuk belajar sepanjang masa. Pengetahuan baru selalu dihasilkan sehingga guru berkesempatan terus untuk belajar;
  4. Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru sains harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Standar ini dimaksudkan untuk menangkal kecenderungan kesempatan-kesempatan pengembangan profesi terfragmentasi dan tidak berkelanjutan.
Apabila guru di Indonesia telah memenuhi standar profesional guru sebagaimana yang berlaku di Amerika Serikat maka kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia semakin baik. Selain memiliki standar profesional guru sebagaimana uraian di atas, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan dalam jurnal Educational Leadership 1993, dijelaskan bahwa untuk menjadi profesional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal:
  1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya,
  2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa,
  3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi,
  4. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya,
  5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

Untuk membangun profesionalisme guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan mempunyai;
  1. dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
  2. penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
  3. pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan, profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini, perlu adanya paradigma baru untuk melahirkan profil guru Indonesia yang profesional di abad 21 yaitu;
  1. memiliki kepribadian yang matang dan berkembang;
  2. penguasaan ilmu yang kuat;
  3. keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan teknologi; dan
  4. pengembangan profesi secara berkesinambungan. Keempat aspek tersebut merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dan ditambah dengan usaha lain yang ikut mempengaruhi perkembangan profesi guru yang profesional.

Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan keterampilan.
Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai profesional.

Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru dalam pendidikan nasional disebabkan oleh antara lain;
  1. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh. Hal ini disebabkan oleh banyak guru yang bekerja di luar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
  2. belum adanya standar profesional guru sebagaimana tuntutan di negara-negara maju;
  3. kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan;
  4. kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi.

Disamping itu ada lima penyebab rendahnya profesionalisme guru;
  1. masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total,
  2. rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan,
  3. pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan,
  4. masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan kepada calon guru,
  5. masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara makssimal meningkatkan profesionalisme anggotanya. Kecenderungan PGRI bersifat politis memang tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Namun demikian di masa mendatang PGRI sepantasnya mulai mengupayakan profesionalisme guru sebagai anggo-tanya. Dengan melihat adanya faktor-fak tor yang menyebabkan rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk mencari alternatif untuk meningkatkan profesi guru.


Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat persekolahan sampai perguruan tinggi. Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA. Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan perubahan.
Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi. Program sertifikasi telah dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam (Dit Binrua) melalui proyek Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar (ADB Loan 1442-INO) yang telah melatih 805 guru MI dan 2.646 guru MTs dari 15 Kabupaten dalam 6 wilayah propinsi yaitu Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB dan Kalimantan Selatan (Pantiwati, 2001).
Selain sertifikasi upaya lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).
Pengembangan profesionalisme guru harus dipandang sebagai proses yang terus menerus. Dalam proses ini, pendidikan prajabatan, pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll secara bersama-sama menentukan pengembangan profesionalisme seseorang termasuk guru.
Dengan demikian usaha meningkatkan profesionalisme guru merupakan tanggung jawab bersama antara LPTK sebagai penghasil guru, instansi yang membina guru (dalam hal ini Depdiknas atau yayasan swasta), PGRI dan masyarakat.

Wednesday, 17 July 2013

History of UMM

The University of Muhammadiyah Malang (UMM) was founded in 1964 and was one of the charity efforts of Muhammadiyah.
At that time, UMM had just opened three faculties, including; Law, Economics and Teacher Training and Education (Islamic Education Department).
During the years 1968-1975, UMM opened two faculties which were Social and Political Science and Islamic Studies.
In 1975-1977, UMM opened two more faculties Agriculture and Engineering.
The number of faculties then remained the same until 1983.
During the period 1983 to 2000 UMM opened several faculties including: Psychology, Animal Husbandry, D-3 Nursing and Medical.
The Pharmacy program then became part of the Faculty of Health Sciences in 2007.
Furthermore, in 2009 the leader of UMM merged the Faculty of Agriculture and Animal Husbandry-Fishery which became the Faculty of Agricomplex to accord with a consortium of Agricultural Sciences.


As one of the leading universities in East Java, UMM were now able to manage more than 18,000 active students who came from all parts of Indonesia.
UMM also included international students from Australia, Singapore, Malaysia, and East Timor.
Although UMM is an Islamic university the religious background of students is not an issue.
Many UMM student's religion extends across Hindus, Buddhists, Christian, and Catholic.


UMM are always updating facilities to enhance the student's learning experience: building development lectures, laboratories, facilities of computer, intranet access  and internet using optic fiber and hotspot areas.
In addition the university developed a digital library which is equipped with online journals, audio-visual, and other scientific information resources which incorporated the Indonesian Digital Library Network (IDLN).


UMM developed several business units which are expected to create financial help for the university without burdening students with high tuition fees.
Some units are already running a profitable business which include: UMM Press, Book Store, UMM Dome, Hotel University Inn, and a motorcycle shop.
In the near future UMM have plans to build a Teaching Hospital, Petrol Station, Simple Rent Student Housing, Shopping Mall and others.

Perkembangan Studi PGSD - FKIP UMM

Program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD),didirikan  pada tahun 2007 Berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdiknas No: 1928/D/T/2007 . Program studi ini mempunyai visi menjadi program studi yang unggul dalam menghasilkan calon guru SD yang beretika dan mempunyai nilai- nilai moral, menguasi sains dan teknologi serta mengembangan inovasi  pendidikan.
Program PGSD jenjang sarjana (SI) hadir sebagai upaya untuk merespon (1) tuntutan masyarakat akan adanya peningkatan kualitas akademik tenaga pendidik dan (2) amanat undang-undang No.14 th 2005 tentang guru dan Dosen. Penyelenggaraan pembelajaran Program Studi  PGSD di Universitas Muhammadiyah Malang, didukung oleh para Dosen yang berpengalaman dan berpendidikan S2 dan S3 baik dari dalam maupun luar negeri. Disamping itu, dalam rangka mencetak lulusan yang professional telah disiapkan berbagai fasilitas pendukung yang berupa Laboraorium Microteaching , Laboratorium Komputer, Laboratorium Bahasa, Laboratorium Drama, Ruang Pembelajaran Multimedia. Program studi juga memfasilitasi laboratorium outdoor untuk praktek kerja mahasiswa dengan menjalin kerjasama dengan Pusat Studi Kependudukan dan Lingkungan (PSLK) dan Bimbingan Konseling (BK).